Saturday, 16 March 2013

Seindah Hiasan Wanita Solehah :)

10 ciri - ciri seorang Muslimah ini dirumuskan oleh Hasan Al- Banna  : -

= Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik.

= Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQur’an dan Assunnah serta terjauh dari segala Bid’ah yang dapat menyesatkannya.

= Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).

= Qowiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT.

= Mutsaqoful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya.

= Qodirun ‘alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

= Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain.

= Haritsun ‘ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT.

= Munazhom Fii Su’unihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik.

= Naafi’un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.


Saturday, 9 June 2012

Kisah Nabi Adam A.S



Setelah Allah s.w.t. menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya. Kekhuatiran Para Malaikat Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah s.w.t. menciptakan makhluk yang lain itu, disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau kerana pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disedari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami! Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami, padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya, sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, nescaya akan bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya, sehingga akan terjadilah kerosakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu." Allah s.w.t. berfirman untuk menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu: "Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, kerana Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."


 Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t. dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna Iblis Laknatullah Membangkang. Iblis laknatullah membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah s.w.t. seperti para malaikat yang lain, yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah s.w.t. yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya. Iblis laknatullah merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam, kerana ia diciptakan dari unsur api, sedang Adam dari tanah dan lumpur. Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain, walaupun diperintah oleh Allah s.w.t.. Allah s.w.t. bertanya kepada Iblis laknatullah:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?" Iblis laknatullah menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."





Kerana kesombongan, kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah s.w.t. menghukum Iblis laknatullah dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat. Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka. Iblis laknatullah dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat. Allah s.w.t. meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan, tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat, dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat, mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang, menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh. Kemudian Allah s.w.t. berfirman kepada Iblis laknatullah yang terkutuk itu: "Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka. Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah." 

 Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda. Allah s.w.t. hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta, kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya: "Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu, jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam." Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah s.w.t. untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka. Mereka mengakui ketidaksanggupan mereka dengan berkata: "Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana." Adam lalu diperintahkan oleh Allah s.w.t. untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam, berfirmanlah Allah s.w.t.kepada mereka: "Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan." Adam Menghuni Syurga. Adam diberi tempat oleh Allah s.w.t. di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan.





 Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah s.w.t. dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga, ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya lalu ia ditanya oleh malaikat: "Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?" Berkatalah Adam: "Seorang perempuan." Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah s.w.t. kepadanya. "Siapa namanya?" tanya malaikat lagi. "Hawa", jawab Adam. "Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?" tanya malaikat lagi. Adam menjawab: "Untuk mendampingiku, memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah s.w.t.." Allah s.w.t. berpesan kepada Adam: "Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga, rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya, rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu. Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar, dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya. Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. 

Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu, ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini." Iblis Mulai Beraksi. Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh Allah s.w.t. dari syurga akibat bangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya. Iblis laknatullah mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia. Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis laknatullah untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka. Ia membisikan kepada mereka bahwa larangan Allah s.w.t. kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah kerana dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya. 





Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Allah s.w.t. Allah s.w.t. mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata." Adam dan Hawa mendengar firman Allah s.w.t. itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah s.w.t. dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar. Seraya menyesal berkatalah mereka: "Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu kerana terkena bujukan Iblis. Ampunilah dosa kami kerana nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami." Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi. Allah s.w.t. telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Allah s.w.t. tentang Iblis laknatullah sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu. Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah s.w.t. dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis laknatullah dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Allah s.w.t. itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu. 

Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar kerana perbuatan pelanggaran perintah Allah s.w.t., hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah s.w.t. serta rahmatNya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya. Akan tetapi Allah s.w.t. telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka.Allah s.w.t. yang telah menentukan dalam takdir-Nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya, akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu. Berfirmanlah Allah s.w.t. kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebahagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disana sampai waktu yang telah ditentukan." Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeza-beza warna kulit dan kecerdasan otaknya. 





Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah s.w.t. mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Kisah Adam dalam Al-Quran. Al-Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al-Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al-A'raaf ayat 11 sehingga 25 Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam. Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah s.w.t. dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oleh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah s.w.t. akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah s.w.t. menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya. Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. 

Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu. Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah s.w.t. kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis laknatullah yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah s.w.t.. Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah s.w.t. asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali. Rahmat Allah s.w.t. dan maghfirah-Nya dapat mencakupi segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik, walau bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan. Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan. Lihatlah Iblis laknatullah yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah s.w.t. dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat kerana kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.

Friday, 8 June 2012

Kata - Kata Hikmah Umar Al-Khattab

– Siapa yang menjaga percakapannya dianugerahkan kepadanya hikmah.


– Siapa yang menjaga penglihatannya dianugerahkan kepadanya hati yang khusyuk.


 – Siapa yang menjaga makanannya dianugerahkan kepadanya kelazatan dalam beribadah.


 – Siapa yang bersabar di atas ujian, Allah sempurnakan sabarnya lalu memasukkannya ke dalam Syurga mana yang dia suka.

 – Siapa yang menjaga daripada ketawa dianugerahkan kepadanya kehebatan.


 – Siapa yang menjaga daripada bergurau dianugerahkan kepadanya keelokan atau kemuliaan.


 – Siapa yang meninggalkan cinta dunia dianugerahkan kepadanya dapat melihat kesalahan sendiri.


 – Siapa yang meninggalkan kesibukan mencari kesalahan pada perbuatan Allah, dianugerahkan kepadanya pelepasan daripada nifak.

=  Jika tidaklah kerana takut dihisab sesungguhnya aku perintahkan kamu membawa seekor kambing untuk dipanggang di depan pembakar roti ini.


= Siapa takut kepada Allah SWT, nescaya marahnya tidakdapat dilihat. Dan siapa takutkan Allah, kehendaknya akan ditunaikan.

= Wahai Tuhan, jangan Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di tanganku.


= Termaktub dalam sepucuk surat khalifah Umar kepada Abu Musa Al Asyaari: “Milikilah sifat sabar. Sifat sabar itu ada dua. Sabar yang pertama lebih afdhal dari sabar yang kedua iaitu sabar dalam meninggalkan larangan Allah SWT dan sabar dalam menghadapi musibah. Ketahuilah bahawa sabar itu sangkutan iman (orang yang bersabar akan mendapat iman) kerana kebajikan yang paling utama adalah taqwa dan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar.”


Saturday, 21 April 2012

Panduan Solat Sunat Cara Nabi SAW



                                                                       

                                                                     SOLAT HAJAT
 

Sekiranya manusia memiliki hajat-hajat yang tertentu, hendaklah ianya dipinta daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala kerana sesungguh Dia bersifat al-Ijabah al-Do’a (mengabulkan doa). Firman-Nya:


وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

Maksudnya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka);Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. - al-Baqarah (2): 186

Dan di antara tempat yang mustajab untuk memohon doa terhadap sesuatu hajat adalah ketika solat. Ini adalah sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

                             وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ

Maksudnya:
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan solat… - al-Baqarah (2) : 45

Oleh itu solat sunat Hajat adalah solat yang dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai hajat tertentu dan ingin memohon kepada Allah agar memperkenankan hajat tersebut. Sekiranya kita meneliti buku-buku yang membahaskan tentang solat sunat Hajat ini maka kita akan mendapati terdapat pelbagai tatacara perlaksanaan serta jumlah rakaatnya.


v  APAKAH SOLAT HAJAT DISYARI’ATKAN?

Ibadah yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah ibadah yang dikerjakan semata-mata ikhlas kerana-Nya dan mengikuti (ittiba’) sunnah Nabi s.a.w yang sabit. Oleh itu, sebelum sesuatu amal ibadah itu dikerjakan termasuk solat sunat Hajat ini, sewajarnya kita menyelidik terlebih dahulu adakah benar ia telah diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w atau sekadar amalan kebiasaan yang digelar sebagai adat. Sedangkan, umat Islam wajib membezakan antara adat dan ibadah agar adat yang menjadi kebiasaan mereka itu tidak dianggap sebagai ibadah.

Lazimnya, dalil yang digunakan untuk mensyari’atkan solat sunat hajat ini adalah hadis-hadis yang berikut.

Menurut Faaid bin Abdul Rahman yang meriwayatkan daripada Abdullah bin Abi Aufa, Rasulullah s.a.w telah bersabda:


مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللَّهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ فَلْيُحْسِنْ الْوُضُوءَ ثُمَّ لِيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ

ثُمَّ لِيُثْنِ عَلَى اللَّهِ وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لِيَقُلْ...

قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَفِي إِسْنَادِهِ مَقَالٌ فَائِدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يُضَعَّفُ فِي الْحَدِيثِ

وَفَائِدٌ هُوَ أَبُو الْوَرْقَاءِ

Maksudnya:
Sesiapa yang mempunyai hajat kepada Allah atau kepada salah seorang bani Adam (manusia) hendaklah dia berwuduk serta membaguskan wuduknya kemudian solat dua rakaat. Terus (setelah selesai solat) hendaklah dia menyanjung Allah dan berselawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dia mengucapkan doa…… Menurut Abu ‘Isa ini adalah hadis Gharib dan dalam sanadnya terdapat Faaid bin ‘Abdurrahman yang dha’if (lemah) dalam hadis dan Faaid dia adalah Abu al-Waruqa’.  - Hadis riwayat Imam al-Tirmizi dalam SunannyaKitab al-Sholaah, no: 441.

Gharib bermaksud yang asing, jauh, aneh atau susah difahami. Hadis gharib bermaksud hadis yang diriwayatkan dengan satu sanad atau hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi. Hadis gharib ini ada yang sahih, hasan dan jugadha’if (lemah). Namun begitu hadis yang diperbincangkan ini statusnya dha’if dan tidak boleh dijadikan sebagai dalil dalam menetapkan sesuatu hukum. Ini diindikasikan sendiri oleh Imam al-Tirmizi rahimahullah ketika meriwayatkan hadis ini.

Hadis di atas ini berstatus dha’if jiddan (sangat lemah) kerana dalam sanadnya terdapat Faaid bin ‘Abdurrahman Abu al-Waruqa’ dan beliau telah dilemahkan oleh ulamak hadis seperti Imam al-Tirmizi, Imam Abdullah bin Ahmad, Imam Ibn Ma’in, Imam Abu Daud, Imam al-Nasaai, Imam Abu Hatim, Imam al-Hakim, Imam Ibn Hibban dan Imam al-Bukharirahimahumullah. Oleh itu hadis di atas tidak boleh dijadikan dalil untuk mensyari’atkan solat Hajat.

Sebuah hadis berkaitan dengan solat hajat juga telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad daripada Maimun Abu Muhammad al-Mura’i al-Tamimi. Dia berkata: Yahya bin Abi Kathir telah menceritakan daripada Yusuf bin Abdullah bin Salam daripada Abu Darda’ radhiallahu’ anh katanya: Wahai sekalian manusia! Aku telah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ يُتِمُّهُمَا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ مُعَجِّلاً أَوْ مُؤَخِّرًا

Maksudnya:
Sesiapa berwuduk dan menyempurnakannya, kemudian mengerjakan solat dua rakaat dengan sempurna, apa sahaja yang dimintanya akan diberi oleh Allah baik cepat mahupun lambat. - Hadis riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya, no: 26225.

Hadis ini juga tidak sahih kerana dalam sanadnya terdapat seorang perawi, iaitu Maimun Abu Muhammad al-Mura’i. Beliau seorang yang majhul (tidak dikenali) sebagaimana yang telah dinyatakan oleh ulamak hadis seperti Imam Ibn Ma’in, Imam Ibn ‘Adiy, Imam al-Zahabi dan Syeikh Nashiruddin al-Albani rahimahumullah. Sanad hadis ini jugamunqati’ (terputus) kerana Yahya bin Abi Kathir yang merupakan seorang tabi’ al-tabi’in telah meriwayatkan secara terus daripada Yusuf bin Abdullah bin Salam. Sedangkan Yusuf merupakan seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamAl-Tabi’in adalah seseorang yang di dalam hidupnya sempat berjumpa dengan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Manakala tabi’ al-Tabi’in adalah seseorang yang sempat berjumpa seorang tabi’in. Di dalam hadis ini, seorangtabi’ al-Tabi’in telah meriwayatkan hadis secara terus daripada seorang sahabat Nabi s.a.w tanpa perantaraan daripada seorang tabi’in di dalam sanadnya. Oleh itu, hadis ini dikategorikan sebagai munqati’,  iaitu terputus sanad.

Namun, Imam al-Suyuti rahimahullah di dalam kitabnya La’aaliul Mashnu’ah berpendapat bahawa hadis ini adalah satu-satunya hadis yang sahih tentang solat hajat. Wallahu’alam.

Maka sekiranya ingin berpegang kepada hadis ini sebagai dalil keharusan mengerjakan solat hajat, seseorang hendaklah melaksanakannya menurut tatacara yang bertepatan dengan hadis tersebut, iaitu:
  1. Menyempurnakan wuduk.
  2. Solat sebanyak dua rakaat. Tidak disyari’atkan untuk dilaksanakan solat Hajat ini secara berjemaah sebagaimana yang kebiasaannya diamalkan di Malaysia.
  3. Tidak ada bacaan ayat-ayat mahupun surah-surah yang tertentu yang dibacakan dalam jumlah tertentu untuk solat Hajat ini.
  4. Berdoa sama ada di dalam solat atau sesudah solat. Jika ingin berdoa ketika dalam solat antara tempat yang afdal untuk berdoa adalah ketika sujud dan sesudah membaca tasyahhud akhir sebelum memberi salam. Tidak ada lafaz doa tertentu yang disyaria’tkan bagi solat hajat. Justeru, doa tersebut bolehlah disusun sendiri mengikut apa yang dihajati.

Namun, penulis berpendapat bahawa riwayat-riwayat yang dianggap sebagai hujah bahawa para salafussolehmengerjakan solat hajat bukanlah menunjukkan mereka mengkhususkan sesuatu jenis solat sunat yang dinamakan solat Hajat. Tetapi, mereka sebenarnya hanyalah mengerjakan solat sunat mutlak. Melalui solat tersebut mereka mengambil kesempatan untuk berdoa di tempat yang afdal untuk berdoa ketika di dalam solat, iaitu ketika sujud dan sebelum salam dan juga bertawassul dengan amalan yang mulia, iaitu mengerjakan solat. Oleh itu, tidak hairanlah sekiranya istilah solat sunat Hajat tidak pernah wujud di dalam mana-mana hadis yang sabit daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamWallahu’alam.

Di antara hadis lain yang digunakan sebagai dalil untuk solat hajat adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Uthman bin Hunaif katanya:

أَنَّ رَجُلاً ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ يُعَافِيَنِي.
فَقَالَ: إِنْ شِئْتَ أَخَّرْتُ لَكَ وَهُوَ خَيْرٌ وَإِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ. فَقَالَ: ادْعُهْ.
فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ.
يَا مُحَمَّدُ إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ

Maksudnya:
Seorang lelaki buta datang menemui Rasulullah s.a.w lalu berkata: Doakanlah kepada Allah supaya dia sembuhkan (kembalikan penglihatan) aku.
Nabi bersabda: Kalau engkau suka untuk bersabar engkau akan mendapat pahala di atas kesabaranmu (di atas kecacatanmu itu) ataupun boleh juga sekiranya jika engkau mahu, aku akan mendoakan engkau sekarang (supaya sembuh serta-merta).
Kata lelaki itu: Doakanlah untuku sekarang. Lalu baginda s.a.w menyuruhnya agar berwuduk dan menyempurnakannya lalu mengerjakan solat dua rakaat. Kemudian dia berdoa: Ya Allah Ya Tuhanku! Aku berdoa dan bermunajat kepada-Mu dengan (perantaraan doa) Muhammad, Nabi yang membawa rahmat.
Ya Muhammad, sesungguhnya aku telah menghadap dengan (doamu) kepada Tuhanku tentang hajatku ini supaya dimakbulkan hajatku ini. Ya Allah! Berikanlah syafaat (baginda s.a.w) kepadaku. - Hadis riwayat ImamIbn Majah dalam Sunannya, Kitab Iqamah al-Solah wa Sunnah Fiha, no: 1375.

Hadis di atas sebenarnya berkisar tentang tawassul atau berdoa menggunakan perantaraan yang selari dengan syarak.

Pertama, lelaki buta tersebut menggunakan perantaraan amal soleh, iaitu dengan mengerjakan solat sunat mutlak sebanyak dua rakaat.

Kedua, lelaki itu juga menggunakan perantaraan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Bertawassul dengan doa orang soleh yang masih hidup adalah disyari’atkan manakala berdoa melalui perantaraan orang yang telah mati seperti di kuburan para Nabi, sahabat, salafussoleh atau wali adalah bid’ah yang sesat.





v  KESIMPULAN

Dengan penjelasan ini, dapatlah kita fahami bahawa hadis-hadis tentang solat sunat hajat ini berstatus lemah. Oleh itu, mengerjakan solat sunat yang dinamakan solat sunat Hajat masih dipertikaikan kesahihannya. Namun kita dibenarkan untuk memohon apa jua hajat kita dalam solat sama ada fardu mahupun sunat terutamanya ketika sujud dan sesudah membaca tasyahhud akhir sebelum salam. Apa yang lebih utama adalah jika kita panjatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika masih dalam solat. Menurut Ibnu Taymiyyah rahimahullah dalam Majmu’ al-Fatawa, Jld. 22, ms. 512-514:

Seseorang yang sedang bersolat sebenarnya sedang mengadu (bermunajat) kepada Tuhan-nya, maka ketika dia memberi salam (menunjukkan berakhirnya solat), selesailah sudah munajatnya. Oleh itu sewajarnya permohonan itu dipanjatkan ketika bermunajat (dalam solat sebelum salam) kerana ianya lebih mungkin untuk dimakbulkan jika dibandingkan dengan permohonan yang dipanjatkan setelah dia selesai bermunajat (selesai solat).



Sunday, 4 March 2012

Aku Mencintaimu Kerana Allah.


Rasulullah bersabda;
'Barangsiapa yang memiliki 3 sifat ini, nescaya ia akan merasakan manisnya iman, iaitu mencintai Allah dan RasulNya melebihi segala-segalanya. Mencintai seseorang hanya kerana Allah dan tidak mahu lagi kembali kepada kafir setelah diselamatkan oleh Allah sebagaimana ia tidak mahu apabila dilemparkan ke dalam neraka."( Bukhari, Kitab: Iman 1/77, No.16. Muslim, Kitab: Iman 1/66, No. 43)

Fitrah

Apa rasionalnya topik ini dibincangkan? Ianya kerana rata-rata golongan manusia termasuk para dai'e pasti pernah atau akan merasai cinta, pasti pernah kecundang dengannya atau mungkin berakhir dengan bahagia dengan cinta.
Dari Anas ra. dari Nabi saw, beliau bersabda;
"Tidaklah sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ( al-Bukhari 13. Muslim 45)


Layakkah

Kita tidak boleh mencintai orang lain, sebelum mencintai diri sendiri. Dan kita tidak boleh mencintai diri sendiri... sebelum mencintai Allah". Persoalannya di sini adakah kita sudah mencintai Allah? Mencintai Allah dalam erti kata sebenar ialah mencintai apa yang Allah cintai dan membenci apa yang Allah benci. Kita lihat kini, ramai yang sudah mencintai orang lain seawal umur darjah 5, tetapi adakah mereka mencintai Allah dan diri mereka sendiri? Jawapannya terdapat pada hubungan itu samaada ia kekal atau tidak. Cinta pada diri sendiri ialah dengan tidak menzalimi diri sendiri dengan sesuatu.
Firman Allah;
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya(Tuhan) dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. 45:23)

Fahami

Perlu difahamkan di sini dengan sejelas-jelasnya bahawa cinta itu ialah pertautan dari hati ke hati dan bukan seperti yang diagung-agungkan barat yang memanipulasi cinta dengan 'contact' badani iaitu pergaulan bebas. Ingatlah,
"cinta yang lazimnya ditujukan kepada pemuasan hawa nafsu semata, sebenarnya ialah cinta yang diilhamkan Tuhan untuk haiwan." ( al-farabi)
Yang menghairankan bahawa umat islam sendiri pula yang terkinja-kinja untuk mengikut jejak langkah barat. Buktinya kes cerai, anak luar nikah dan pelbagai kancah zina. Beginilah akibat 'islamophibia'. Pesanku, 'berhati-hatilah menjaga hati dengan berhati-hati meletakkan cinta di dalamnya. Jangan dibiarkan hati itu dipenuhi oleh cinta yang jaat, buruk dan 'cacat'. Bagaimana benih cinta yang kita tanam dan suburkan dalam jiwa, begitulah pohon yang akan tumbuh dan berbuah pada fikiran dan seluruh tindakan."

Peraturan Cinta

Menurut buku'Tentang Cinta' karangan Ustaz Pahrol Mohd Juoi terdapat 2 peraturan untuk melayakkan seseorang itu bercinta;

1. Hendaklah cinta kita itu didasarkan pada cinta Allah
2. Pastikan semasa menjalin hubungan cinta tidak ada hukum Allah yang dilanggar.

"Tidak payah bersentuhan tangan kerana mereka sudah bersentuhan hati. Tak payah berbalas kerlingan mata kerana mereka sudah pun berbalas-balas doa'.

Hayati firman Allah melalui lidah kekasihnya, Muhammad saw;
"Jika seorang hambaNya menahan keinginannya dae sesuatu yang haram kerana Allah, maka Allah akan memberikan sesuatu yang diingininya itu mengikut jalan yang halal"


Cinta Sejati

Menurut pakar psikologi, "cinta itu komitmen, tanggungjawab dan amanah". Menurut kamus dewan ke-IV pula cinta merujuk kepada perasaan atau berperasaan sangat berahi (asyik, kasih, sayang) antara lelaki dan perempuan, perasaan atau berperasaan ingin akan sesuatu. Cinta itu terlalu abstract dan bersifat maknawi ia juga amat universal. Hukama ada berkata, "cinta yang sejati ialah cinta yang tidak bertambah kerana kebaikan dan tidak berkurang kerana kerana kesalahan". Cinta sejati itu dialirkan oleh Allah ke dalam hati, ia muncul dari dalam ke luar iaitu dari hati turun ke mata dan lain-lain anggota. Oleh itu, cinta tidak akan dapat di'tidak'kan tetapi ia hanya perlukan pengawalan yang ketat.

Cinta kalau bahasanya hati. Itulah cinta hakiki.
Kasih jika dasarnya Rabbi. Itulah kasih sejati.
Cinta ini pasti akan diuji kerana itu sudah tradisi janji.
(Jendela Hati 1993)

Nabi bersabda;
"Seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya". ( al-Bukhari, Kitab: Adab X/573, No. 6170. Muslim, Kitab: Kebajikan, Silaturrahmi dan Adab IV/2034, No. 2641)

Tips, Anda Bersedia Jika

* Niat anda memang untuk berkahwin dengan 'si dia' demi menjaga agama dan akhlak agar sentiasa terpelihara.
* Sudah punya kekuatan dan ketahanan diri untuk tidak terlibat dengan perkara-perkara yang telah diharamkan oleh agama.
* Sudah 'lepas' ilmu fardu ain dan mempunyai tahap akademik yang baik dalam pengajian anda atau sebaik-baiknya mempunyai pekerjaan yang tetap. Kepada yang masih belajar, bolehlah mencuba nikah kitbah atau gantung.
* Sudah istiqomah menjaga solat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan dan sedang berusaha sedaya upaya menjadi muslim sejati dalam erti kata yang sebenar.
* Jangan lupa matangkan diri anda kerana orang yang matang ialah mereka yang mampu berfikir dengan baik, sudah boleh mengawal perasaan dan serba sedikit memiliki jiwa yang tenang.

Jadi Soleh Bukan Cari Yang Solehah

Firman Allah;
Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).(QS. 24:26)
"Cinta yang dicari adalah baik tetapi cinta yang didapati tanpa dicari adalah lebih baik. Ingatlah bahawa kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya".(Hamka)

Oleh itu, jadilah seorang yang soleh dahulu baru cari yang solehah ya!
Kalau dah suka, jangan lupa beritahu!
Dari Abu Karimah al-Migdad bin Ma'di Kariba ra, dari Nabi saw, beliau bersabda;
"Apabila seseorang mencintai saudaranya, beritahukan kepada bahawa ia mencintainya''.(Hadis sahih Abu Daud, Kitab: Adab IV/332, No. 5124)


Kisah Ummu al-Darda'

Nama asalnya ialah Hujaimiah al-Himyarian. Beliau adalah isteri Abu al-Darda', seorang sahabat Nabi saw yang hidup di Syam. Meskipun jarak usia mereka agak jauh, di mana Abu al-Darda' lebih tua beberapa puluh tahun daripadanya, namun mereka adalah pasangan yang sangat bahagia.
Suatu hari Ummu al-Darda' berdoa di hadapan suaminya, " Ya Allah, sesungguhnya Abu al-Darda' meminangku di dunia, lalu kau menikahi. maka sekarang aku meminangnya kepada-Mu untuk menjadi suamiku di syurga".
Mendengar ucapan ini, Abu al-Darda' berkata, "Jika engkau ingin menjadi isteriku di syurga, janganlah menikah lagi setelah aku meninggal dunia".

Terima kasih sahabat atas nasihatmu;
Peliharalah diri dan hatimu,
Buat 'ajnabi yang halal' untukmu,
Jagalah mahar cintamu agar,
Tidak tercemar dek tafsiran hati yang masih sangsi,
Hamparkanlah rasamu hanya untuk 'Dia' yg selayaknya.


Nukilan Hati Hamba Buat 'si dia'

Ya Allah, engKau perkuatkanlah mujahadah ku melawan hawa nafsu yang sentiasa membawa kepada kejahatan...
Ya Allah, engKau titipkanlah kasih sayang di antara kami berdua dengan keredhaan Mu...
Sesungguhnya setiap inci hidup kami adalah kerana Mu...
Maka, engKau jalinkanlah cinta itu demi mengharapkan CINTA MU...
Jauhilah kami dari pelbagai jenis zina mahupun maksiat yang akan mengundang kemurkaanMu semasa dalam perhubungan ini...
Allah, aku berpegang pada firman Mu melalui lidah kekasih Mu Muhammad saw;
"Jika seorang hambaNya menahan keinginannya dae sesuatu yang haram kerana Allah, maka Allah akan memberikan sesuatu yang diingininya itu mengikut jalan yang halal"

Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda;
Barangsiapa yang tidak menyayangi sesama manusia, nescaya Allah tidak menyayanginya.
(Sahih al-Bukhari, 7376, 6013, Sahih Muslim 2319)

Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw;
"Seorang wanita itu dikahwini kerana 4 hal; 1-hartanya, 2-nasab keturunannya, 3-kecantikannya atau kerana 4-agamanya. carilah wanita yang beragama, nescaya kamu akan bahagia."
(Bukhari, Kitab: Nikah IX/35, No. 5090. Muslim, Kitab: Penyusuan II/2086. No. 1466)






Friday, 10 February 2012

Menutup Aurat adalah Wajib!

Hye! Hari nim sye nk k0ngsi Dalil2 dri Al-Quran tentang menutup Aurat kpd Kaum Hawa.


1) "Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." (Surah Al-Ahzab:59)


2) "Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya." (Surah An-Nur:31)

Friday, 27 January 2012

Hikmah Sakit & Hikmah Melawat 0rang Sakit

Setiap manusia tidak lari daripada ditimpa sakit dan sebagai umat Islam, sewajarnya kita menguatkan jiwa untuk mengharung segala kesakitan dan penderitaan. Dalam menghadapi penderitaan inilah tersedia ganjaran besar untuk mereka yang terus bersabar dan redha dengan ketentuan Allah.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebut: ''Sesiapa saja di kalangan umat Islam yang ditimpa kesakitan daripada penyakit, maka tidak ada selainnya melainkan Allah akan menggugurkan kejahatannya (dosa kecil) dengan sebabnya seperti mana pokok menggugurkan daunnya.''


Dalam sebuah hadis, ada diceritakan bahawa Rasulullah saw bertanya kepada sahabat: "Siapakah di kalangan kamu yang suka sihat tanpa sakit?"


Jawab sahabat: ''Semua kami.''


 Baginda bertanya lagi: ''Adakah kamu suka menjadi seperti keldai liar yang mengganas? Tidakkah kamu suka menjadi orang yang ditimpa bala dan orang yang mendapat penghapusan dosa? Demi diriku di bawah kekuasaan-Nya, sesungguhnya Allah pasti menguji orang mukmin dengan bala dan apa yang diuji itu tidak lain melainkan untuk memuliakannya.''


Sabda Rasulullah lagi bermaksud: ''Sesungguhnya, mengerang orang yang sakit itu umpama tasbih, jeritan dan tidurnya adalah ibadah, nafasnya sedekah dan berbalik-balik ke kiri dan kanan itu adalah memerangi musuh, iaitu sama pahalanya.''


Dalam Ihya pula ada menyebutkan sebuah hadis yang bermaksud: ''Sesungguhnya Allah mengutuskan kepada seorang yang sakit dua malaikat untuk melihat apa yang dikatakannya kepada pengunjungnya.''

Sekiranya dia mengucapkan tahmid dan pujian kepada Allah, Allah berfirman: Bagi hamba-Ku, sekiranya Aku mematikannya, nescaya Aku memasukkannya ke dalam syurga.


Dan sekiranya Aku menyembuhkannya nescaya Aku menggantikan daging badannya yang lebih baik daripada sebelum ini, darah yang lebih baik daripada darahnya serta Aku hapuskan kejahatannya. Kelebihan Allah lebih luas daripada semua itu.


Nabi SAW bersabda: “Siapa yang mengunjungi orang yang sedang sakit, maka dia sentiasa berada dalam sebuah taman syurga penuh dengan buah-buahan yang sedia dipetik sampai dia kembali.”